Orang Tuamu Bukan Barang Rongsokan
Pada suatu hari, ada seorang pemuda yang berniat membuang ibunya ke hutan. Karena si Ibu telah lumpuh dan agak pikun. Si pemuda tampak bergegas menyusuri hutan sambil menggendong ibunya. Si Ibu yang kelihatan tak berdaya, berusaha menggapai setiap ranting pohon yang bisa diraihnya lalu mematahkannya dan menaburkannya di sepanjang jalan yang mereka lalui.
Sesampai di dalam hutan yang sangat lebat, si anak menurunkan Ibu tersebut dan mengucapkan kata perpisahan sambil berusaha menahan sedih karena ternyata dia tidak menyangka tega melakukan perbuatan ini terhadap Ibunya.
Justru si Ibu yang tampak tegar..........
Dalam senyumnya, dia berkata, 'Anakku, Ibu sangat menyayangimu. Sejak kau kecil sampai dewasa, Ibu selalu merawatmu dengan segenap cintaku. Bahkan sampai hari ini, rasa sayangku tidak berkurang sedikitpun. Tadi Ibu sudah menandai sepanjang jalan yang kita lalui dengan ranting-ranting kayu. Ibu takut kau tersesat. Ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai di rumah".
Setelah mendengar kata-kata tersebut, si anak menangis dengan sangat keras. Kemudian langsung memeluk ibunya dan kembali menggendongnya untuk membawa si Ibu pulang ke rumah. Pemuda tersebut akhirnya merawat Ibu yang sangat mengasihinya sampai Ibunya meninggal.
PESAN MORAL:
"Orangtua" bukan barang rongsokan yang bisa dibuang atau diabaikan setelah terlihat tidak berdaya. Karena pada saat engkau Sukses atau saat engkau dalam keadaan Susah, hanya 'orangtua' yang mengerti kita dan bathinnya akan menderita jika kita susah.
"Orangtua" kita tidak pernah meninggalkan kita, bagaimanapun keadaan kita. Walaupun kita pernah kurang ajar kepada orangtua. Namun Bapak dan Ibu kita akan tetap mengasihi kita.
Mulai sekarang, mari kita lebih mengasihi orangtua kita
selagi mereka masih hidup. Walau kadang mereka berbuat berbagai kesalahan, maafkan lah dg hati lapang...karena penyesalan selalu datang terlambat.
LI-LY dan IBU MERTUA
Hari berganti hari, begitu
Akhirnya, Li-Li tidak bisa tahan lagi terhadap sifat buruk dan kesewenang-wenangan ibu mertuanya, dan ia benar-benar telah bertekad untuk melakukan sesuatu. Li-Li pergi menjumpai seorang teman ayahnya yaitu tuan Wang yang mempunyai Toko Obat Cina. Ia menceritakan situasinya dan minta diberikan ramuan racun untuk dapat menuntaskan masalahnya dalam sekali pukul.
Sinshe Wang berpikir keras sejenak dan akhirnya berkata: “Li-Li, saya mau membantu kamu menyelesaikan masalahmu, tetapi kamu harus mendengarkan saya dan mentaati apa yang saya sarankan.” Li-Li berkata, “OK pak Wang, saya akan mengikuti apa saja yang bapak katakan yang harus saya perbuat.”
Sinshe Wang masuk ke ruang belakang, dan kembali beberapa menit kemudian dengan sebungkus ramuan obat. Ia berkata kepada Li-Li, “Kamu tidak bisa memakai racun keras yang mematikan seketika untuk meyingkirkan ibu mertuamu, karena hal itu akan membuat semua orang menjadi curiga. Oleh karena itu, saya memberi kamu ramuan beberapa jenis tanaman obat yang secara perlahan-lahan akan menjadi racun di dalam tubuhnya. Setiap hari sediakan makanan yang enak-enak dan masukkan sedikit ramuan obat ini ke dalamnya. Maka, supaya tidak ada yang curiga saat ia mati nanti, kamu harus hati-hati sekali dan bersikap sangat bersahabat dengannya. Jangan berdebat dengannya, taati semua kehendaknya, dan perlakukan dia seperti seorang ratu.”
Li-Li sangat bahagia. Ia berterima kasih kepada tuan Wang dan buru-buru pulang ke rumah untuk memulai rencananya untuk membunuh ibu mertuanya.
Minggu demi minggu, bulan demi bulan telah lewat, dan setiap hari Li-Li melayani mertuanya dengan makanan yang sudah “dibumbuinya”. Ia mengingat semua petunjuk tuan Wang tentang hal mencegah kecurigaan, maka mengendalikan amarahnya, mentaati ibu mertuanya dan memperlakukannya seperti ibunya sendiri.
Setelah enam bulan lewat, suasana di dalam keluarga itu berubah secara drastis. Li-Li sudah mampu mempraktekkan pengendalian amarahnya sedemikian rupa sehingga ia menemukan dirinya tidak pernah lagi marah atau kesal.Ia tidak pernah berdebat dengan ibu mertuanya selama enam bulan terakhir karena ia menemukan bahwa ibu mertuanya kini tampaknya lebih ramah dan lebih mudah untuk diajak hidup bersama.
Sikap ibu mertua terhadap Li-Li telah berubah, dan ia mulai mencintai Li-Li seperti puterinya sendiri. Ia terus menceritakan kepada kawan-kawan dan sanak familinya bahwa Li-Li adalah menantu yang paling baik yang mungkin ia peroleh. Li-Li dan mertuanya saling memperlakukan satu sama lain seperti layaknya seorang ibu dan anak yang sesungguhnya. Suami Li-Li sangat bahagia menyaksikan semua yang terjadi ini.
Suatu hari, Li-Li pergi menjumpai sinshe Wang dan meminta bantuannya sekali lagi. Ia berkata, “Pak Wang yang baik, tolong saya untuk mencegah supaya racun yang saya berikan kepada ibu mertua saya jangan sampai membunuhnya! Ia telah berubah menjadi seorang wanita yang begitu baik, sehingga saya mencintainya seperti kepada ibu saya sendiri. Saya tidak mau ia sampai mati karena racun yang pernah saya berikan kepadanya.”
Tuan Wang tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya. “Li-Li, tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Saya tidak pernah memberi kamu racun. Ramuan yang saya berikan kepadamu itu hanyalah ramuan penguat badan untuk memperbaiki kondisi kesehatan beliau. Satu-satunya racun yang ada ialah yang terdapat di dalam pikiranmu sendiri dan di dalam sikapmu terhadapnya, tetapi semuanya itu telah disapu bersih dengan cinta yang kamu berikan kepadanya.”
* * * * *
Sadarkah anda bahwa sebagaimana anda memperlakukan orang lain maka demikianlah persis bagaimana mereka akan memperlakukan anda? Ada pepatah Cina kuno yang berkata: “Orang yang mencintai orang lain akan dicintai juga sebagai balasannya.” Tuhan mungkin mencoba bekerja di dalam kehidupan orang lain melalui anda.
Don't Judge
Di sebuah gerbong kereta api yang penuh, seorang pemuda berusia kira-kira 24 tahun melepaskan pandangannya melalui jendela. Ia begitu takjub melihat pemandangan sekitarnya. Dengan girang, ia berteriak dan berkata kepada ayahnya:
”Ayah, coba lihat, pohon-pohon itu… mereka berjalan menyusul kita”.
Sang ayah hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala dengan wajah yang tidak kurang cerianya. Ia begitu bahagia mendengar celoteh putranya itu.
Di samping pemuda itu ada sepasang suami-istri yang mengamati tingkah pemuda yang kekanak-kanakan itu. Mereka berdua merasa sangat risih. Kereta terus berlalu. Tidak lama pemuda itu kembali berteriak:
“Ayah, lihat itu, itu awan kan…? lihat… mereka ikut berjalan bersama kita juga…”.
Ayahnya tersenyum lagi menunjukkan kebahagiaan.
Dua orang suami-istri di samping pemuda itu tidak mampu menahan diri, akhirnya mereka berkata kepada ayah pemuda itu:
“Kenapa anda tidak membawa anak anda ini ke dokter jiwa?”
Sejenak, ayah pemuda itu terdiam. Lalu ia menjawab:
“Kami baru saja kembali dari rumah sakit, anakku ini menderita kebutaan semenjak lahir. ia baru dioperasi, dan hari ini adalah hari pertama dia bisa melihat dunia dengan mata kepalanya”.
Pasangan suami itu pun terdiam seribu bahasa.
Moral story:
Setiap orang mempunyai cerita hidup masing-masing, oleh karena itu jangan memvonis seseorang dengan apa yg kita lihat saja. Barangkali saja bila kita mengetahui kondisi sebenarnya kita akan tercengang....
Lingkaran Sempit
kelak ketika kamu beranjak usia , hidupmu akan semakin disibukan oleh banyak hal , saat itu kamu akan sadar , bahwa kamu merasa jauh dari teman.
atau , teman-temanmu yang semakin jauh , sibuk dalam dunianya masing-masing.
ketika itu aku paham akan kata seseorang bahwa “teman itu bukan seberapa banyak , tapi seberapa dalam”.
kelak , hanya akan sedikit dari teman-teman mu yang menanyakan kabarmu , mengajakmu jalan-jalan , atau berkumpul. Mungkin pun sekedar reuni sehari di sekolah , setelah itu kembali ke posisi masing-masing.
kelak hanya akan sedikit temanmu yang bisa kamu ajak bicara , berbagi pendapat tentang idealisme dan banyak hal lain dimasa muda , hingga ketika kamu hendak menghubungi mereka dari handphone mu , kamu pun mulai menyeleksi mereka dengan sendirinya.
yang akan kamu hubungi adalah teman yang terdekat , sebuah kedekatan yang dibangun dimasa muda , bukan sekedar tau nama , sapa sekali , kemudian lupa.
kelak hanya akan sedikit dari temanmu yang ingat tanggal lahirmu , itu tidak begitu penting bukan ?
kelak ketika usia mu semakin beranjak , kamu akan tahu dengan sendirinya berapa sebenarnya teman yang kamu miliki.
ketika kamu menyadarinya , kamu akan sangat bersyukur memilikinya , bukankah sesuatu yang sedikit itu justru sangat nikmat dan berkesan ?
kelak lingkaranmu akan semakin sempit , tapi justru semakin dalam.
iya , teman itu bukan seberapa banyak yang kamu miliki , tapi seberapa dalam :)
Sumber : http://kurniawangunadi.tumblr.com/post/33194355679/tulisan-lingkaran-sempit
hujan, senja, dan doa dalam rindu
Kalau rindu itu berbentuk hujan. Mungkin di tempatmu sekarang, hujan akan mengalir deras, karena ia mengirimkan pesan-pesan rindu tiada henti.
Kalau rindu berbentuk senja. Kujamin malam takkan datang, dan matahari akan tetap bertahan, menyampaikan rindu dalam semburat cahayanya.
Tapi walau rindu itu seindah senja dengan semburat cahayanya atau hujan dengan bau romantisnya. Aku tetap akan memilih rindu dalam bentuk doa. Karena pesan akan selalu lebih indah jika tersampaikan langsung melalui-Nya. Langsung menyelinap ke dalam relung hatimu yang terdalam, mengingatkan bahwa aku ada.
Sumber : http://nayasa.tumblr.com/post/32825112590
Pohon Apel dan Anak Lelaki
Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel yang besar dan anak laki-laki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Pohon apel sangat mencintai anak tersebut. Waktu terus berlalu, anak lelaki itu tumbuh besar dan tidak lagi bermain dengan pohon apel itu.
Namun, suatu hari ia mendatangi pohon apel dan wajahnya tampak sedih.
“Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu.
“Ah aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu. “Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tidak punya uang untuk membelinya.”
Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang, tapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kesukaanmu.”
Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan suka cita. Namun, sesudahnya anak lelaki tersebut tidak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
Pada suatu hari, anak lelaki itu datang kembali. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.
“Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” kata pohon apel.
“Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kamu menolongku?”
“Duh, maaf akupun tak punya rumah, tapi kau boleh menebang semua dahan dan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel.
Kemudian, anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat bersuka cita menyambutnya.
“Ayo bermain-main lagi denganku,” kata pohon apel.
“Aku sedih,” kata anak lelaki itu. “Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Maukah kau memberiku sebuah kapal untuk berlayar?”
“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.”
Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia berlayar dan tak pernah datang lagi menemui pohon apel itu.
Setelah bertahun-tahun kemudian, akhirnya anak lelaki itu datang lagi.
“Maaf anakku,” kata pohon apel. “Aku sudah tidak punya buah apel lagi untukmu.”
“Tak apa, akupun sudah tidak punya gigi untuk menggigit buah apelmu,” Jawab anak lelaki itu.
“Aku sudah benar-benar tak punya apa-apa lagi yang bisa kuberikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel sambil menitikkan air mata.
“Aku tidak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki itu. “Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.”
“Ooh bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.”
Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.
Ini adalah sebuah kisah untuk kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apapun, orang tua kita akan selalu di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Kamu mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar kepada pohon itu, tetapi begitulah umumnya cara kita memperlakukan orang tua kita. Berilah perhatian dan kasih sayang kamu pada orang tua. Dan yang terpenting, cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintai mereka dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan mereka berikan kepada kita. Berbagilah selama waktu masih ada.
biru
Kisah Monyet dan Angin
Dia tidak sadar sedang diintip oleh tiga angin besar, yaitu Angin Topan, Tornado dan Angin Bahorok.
Tiga angin itu rupanya bertaruh siapa yang bisa paling cepat menjatuhkan si monyet dari pohon kelapa.
Angin topan bilang, "Aku cuma perlu waktu 45 detik"
Dengan sombongnya angin tornado tidak mau kalah, dan ia pun berucap "30 detik saja aku bisa menjatuhkan monyet itu !"
Angon bahorok tersenyum meledek dan berkata "15 detik juga jatuh monyet itu dengan hepasanku"
Akhirnya satu persatu ketiga angin itu maju.
Angin Topan meniup sekencang-kencangnya, Whuussss,,
Merasa ada angin besar yang datang, si monyet langsung berpegangan pada batang pohon kelapa, Dia pegang sekuat-kuatnya. Setelah beberapa menit berlalu,
si monyet tetap berada di atas pohon kelapa dengan pegangan kuatnya. Dengan penuh rasa malu angin topan pun menyerah.
Giliran Angin Tornado, Whusss,,, Whusss, dengan sekencang-kencangnya Tornado meniup si monyet dan monyetpun tidak jatuh karena memegang dengan erat .
Beberapam menit berselang, Angin tornado pun akhirnya menyerah.
Terakhir Angin Bahorok, lebih kencang lagi dia meniup Whuss,,, Whusss, WHUSSS,,,
Si monyet semakin erat memegang pohon kelapa dan tetap berada di atas pohon kelapa.
Ketiga angin besar itu pun akhirnya mengakui, si monyet memang hebat dan tangguh.
Tidak lama datanglah Angin sepoi-sepoi, "Aku juga ingin ikut mencoba menjatuhkan si monyet" pinta angin sepoi-sepoi.
Keinginan tersebut ditertawakan oleh ketiga angin lainnya. "Yang besar seperti kami saja tidak dapat menjatuhkan monyet itu, bagaimana
angin kecil seperti kamu?" ejek salah satu dari mereka.
Tanpa menghiraukan ejekan angin lainnya, angin sepoi-sepoi langsung meniup kepala si monyet dengan nyaman.
Fhuuuuuu...
"Wah enak sekali anginnya, adem dan sejuk" ujar monyet sambil mulai menikmati tiupan angin sepoi sepoi dan mulai tertidur.
Tiba-tiba lepaslah pegangan si monyet dan monyet itupun jatuh dari atas pohon kelapa.
Ketiga angin besar lainnya menonton dengan sangat takjub.
Pesan moral :
Boleh jadi ketika kita diuji dengan kesusahan, dicoba dengan penderitaan, didera dengan malapetaka. Kita kuat bahkan lebih kuat dari sebelumnya.
Tetapi saat kita diuji dengan kenikmatan, kesenangan dan kelimpahan. Di sinilah kejatuhan itu terjadi.
Jangan sampai kita terlena, tetap rendah hati dan mawas diri, ingatlah kita hanya hidup sementara di dunia ini.
Dan jadikan diri kita manusia yang bijak dan tetap bersyukur.
Selamat menjalani hari ini dengan punuh rasa syukur.
Sopan Santun
Alergi Hidup
Sedekah Buntut Singkong
Menunggu
pada hakikatnya , setiap jengkal hal yang sedang kita lakukan ini adalah tentang menunggu
menunggu mati terutama
diantara menunggu kematian itu
kita menunggu hal-hal lain yang selalu menjadi misteri di masa depan
1 menit kedepan
1 jam kedepan
1 hari kedepan
1 tahun kedepan
diantara hal yang paling membuat kita merasa sangat lemah adalah menunggu kehadiran seseorang yang mampu menggenapkan sebuah hal yang tadinya setengah menjadi 1
seperti itulah …
pada akhirnya , kita dituntut untuk terus konsisten terhadap apa yang kita tunggu
bersabarlah karena sesuatu yang ditunggu itu pasti akan datang …
sesuatu yang dijanjikan , bukan sekedar iming-iming
sesuatu yang dipastikan , bukan sekedar perkara mimpi
pada akhirnya , orang yang berhasil menyelesaikan waktu menunggunya dengan baik adalah orang-orang yang beruntung
mengisi waktu menunggu nya dengan berbagai hal yang membuatnya menjadi lebih baik …
entah dengan membaca buku
ataupun sekedar memahami kehidupan …
sekiranya kita tahu bahwa menunggu adalah sebuah kepastian
kenapa kita terus menerus berusaha menolak untuk sabar menunggu
padahal di depan sana …
ada sesuatu hal yang dipersiapkan untuk hadiah kesabaranmu …
jangan beranjak dari tempatmu , atau kamu akan kehilangan …
kehilangan apa ? tidak seorang pun tahu hingga ia melewati masa menunggunya dan bertemu dengan hal itu …
maka bersabarlah dalam hidup … .
kita sedang menunggu mati … , hal terakhir yang kita tunggu …
Sumber : http://kurniawangunadi.tumblr.com/post/25843962302/tulisan-menunggu
Memerangi Rasa Malas
Mengapakah kesibukan hidupmu hanya bertarung dengan rasa malas, saat semua orang sedang mengambil keuntungan dari kerja keras?
Hidup ini tidak mudah.
Tidak ada orang yang hidupnya mudah. Yang ada adalah orang yang memampukan dirinya lebih kuat daripada kesulitan hidup.
Jika mereka mampu, mengapakah engkau tidak?
Jika mereka bisa merajinkan diri, mengapakah engkau tetap memelihara rasa malasmu?
Ini hidupmu.
Jika bukan engkau yang menjadikannya baik, siapa lagi?
Come now, get up!
This is your life. Make it great!
~Mario Teguh
Percaya, ini Nyata
Sepucuk Surat dari Ibu dan Ayah
Anakku...
ketika aku semakin tua,,
aku berharap kamu memahami dan memiliki kesabaran untukku
suatu ketika aku memecahkan piring,
atau menumpahkan sup diatas meja, karena penglihatanku berkurang
aku harap kamu tidak memarahiku
orang tua itu sensitif,,,
selalu merasa bersalah saat kamu berteriak
Ketika pendengaranku semakin memburuk,
dan aku tidak bisa mendengar apa ayang kamu katakan,
aku harap kamu tidak memanggilku "Tuli!"
mohon ulangi apa yang kamu katakan atau menuliskannya
Maaf, anakku... aku semakin tua
Ketika lututku mulai lemah,
aku harap kamu memiliki kesabaran untuk membantuku bangun
seperti bagaimana aku selalu membantu kamu saat kamu masih kecil, untuk belajar berjalan
aku mohon, jangan bosan denganku
Ketika aku terus mengulangi apa yang ku katakan,
seperti kaset rusak
aku harap kamu terus mendengarkan aku
tolong jangan mengejekku, atau bosan mendengarkanku
apakah kamu ingat ketika kamu masih kecil
dan kamu ingin sebuah balon?
kamu mengulangi apa yang kamu mau berulang-ulang
sampai kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan.
Maafkan juga bauku...
tercium seperti orang yang sudah tua
aku mohon jangan memaksaku untuk mandi
tubuhku lemah.....
Orang tua mudah sakit karena mereka rentan terhadap dingin
aku harap aku tidak terlihat kotor bagimu...
apakah kamu ingat ketika kamu masih kecil?
aku selalu mengejar-ngejar kamu... karena kamu tidak ingin mandi
Aku harap kamu bisa bersabar denganku,
ketika aku selalu rewel
ini semua bagian dari menjadi tua,,
kamu akan mengerti ketika kamu tua
Dan jika kamu memiliki waktu luang,
aku harap kita bisa berbicara
bahkan untuk beberapa menit
aku selalu sendiri sepanjang waktu
dan tidak memiliki seorang pun untuk diajak bicara
aku tahu kamu sibuk dengan pekerjaan
Bahkan jika kamu tidak tertarik dengan ceritaku
aku mohon berikan aku waktu untuk bersamamu
apakah kamu ingat ketika kamu masih kecil?
aku selalu mendengarkan apapun yang kamu ceritakan tentang mainanmu
Ketika saatnya tiba...
dan aku hanya bisa terbaring, sakit dan sakit
aku harap kamu memiliki kesabaran untuk merawatku
MAAF.......
kalau aku sengaja mengompol atau membuat berantakan
aku harap kamu memiliki kesabaran untuk merawatku,
selama beberapa saat terakhir dalam hidupku
aku mungkin tidak akan bertahan lebih lama
Ketika waktu kematianku datang
aku harap kamu memegang tanganku
dan memberikanku kekuatan untuk menghadapi kematian
dan jangan khawatir, ketika aku bertemu dengan Sang Pencipta
aku akan berbisik pada-Nya
untuk selalu memberikan berkah padamu
karena kamu mencintai, ibu dan ayahmu...
Terima kasih atas segala perhatianmu, nak...
kami mencintaimu dengan kasih yang berlimpah
Ibu & Ayah
Sumber : Menjadi pribadi yang bermanfaat
Kotak Semu Kehidupan
Seekor belalang lama terkurung dalam satu kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya, dengan gembira dia melompat-lompat menikmati kebebasannya.
Di perjalanan dia bertemu dengan belalang lain, namun dia heran mengapa belalang itu bisa lompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.
Dengan penasaran dia bertanya, “Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh dariku,padahal kita tidak jauh berbeda dari usia maupun ukuran tubuh?” Belalang itu menjawabnya dengan pertanyaan,
“Dimanakah kau tinggal selama ini? Semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan.”
Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang telah membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.
Sering kita sebagai manusia, tanpa sadar, pernah juga mengalami hal yang sama dengan belalang tersebut. Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan beruntun, perkataan teman,tradisi, dan semua itu membuat kita terpenjara dalam kotak semu yang mementahkan potensi kita.
Sering kita mempercayai mentah-mentah apa yang mereka voniskan kepada kita tanpa berpikir dalam bahwa apakah hal itu benar adanya atau benarkah kita selemah itu? Lebih parah lagi, kita acap kali lebih memilih mempercayai mereka daripada mempercayai diri sendiri.
Tahukah Anda bahwa gajah yang sangat kuat bisa diikat hanya dgn tali yang terikat pada pancang kecil? Gajah sudah akan merasa dirinya tidak bisa bebas jika ada “sesuatu” yang mengikat kaki nya, padahal “sesuatu” itu bisa jadi hanya seutas tali kecil…
Sebagai manusia kita mampu untuk berjuang, tidak menyerah begitu saja kepada apa yang kita alami. Karena itu, teruslah berusaha mencapai segala aspirasi positif yang ingin kita capai. Sakit memang, lelah memang,tapi jika kita sudah sampai di puncak, semua pengorbanan itu pasti akan terbayar. Pada dasarnya, kehidupan kita akan lebih baik kalau kita hidup dengan cara hidup pilihan kita sendiri, bukan dengan cara yang di pilihkan orang lain untuk kita
Sehatpun Belum Tentu Saya Mencari Penggantinya Apalagi Dia Sakit
Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini? Namanya sering muncul di koran, televisi, di buku-buku investasi dan keuangan. Dialah salah seorang dibalik kemajuan industri reksadana di Indonesia dan juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksadana besar di negeri ini.
Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.
Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersih-kan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah tempat berkantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.
Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil men-cerita-kan apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yang masih kuliah.
Pada suatu hari, saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya– karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing– Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu ‘agar semua anaknya dapat berhasil’.
Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata : "Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak, bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu.” Sambil air mata si sulung ber-linang.
"Sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian". Si Sulung melanjutkan per-mohonan-nya.
"Anak-anakku, jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian, kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini?. Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit.” Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya.
Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno, mereka-pun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno, dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu.
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan mereka-pun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa, disaat itulah meledak tangisnya dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuan-pun tidak sanggup menahan haru.
Disitulah Pak Suyatno bercerita : "Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 anak yang lucu-lucu. Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit.” Sambil me-nangis. Sehatpun Belum Tentu Saya Mencari Penggantinya Apalagi Dia Sakit
Sumber : Sehatpun Belum Tentu Saya Mencari Penggantinya Apalagi Dia Sakit
Pentingnya Waktu
- Kalau pengen tahu pentingnya waktu SEUMUR HIDUP, coba kau tanya pada narapidana seumur hidup!
- Kalau pengen tahu pentingnya waktu SETAHUN, coba kau tanya pada murid yang tinggal kelas!
- Kalau pengen tahu pentingnya waktu SEBULAN, coba kau tanya pada ibu yang melahirkan bayi prematur!
- Kalau pengen tahu pentingnya waktu SEMINGGU, coba kau tanya pada editor majalah mingguan!
- Kalau pengen tahu pentingnya waktu SEHARI, coba kau tanya pada orang yang akan menikah esok hari!
- Kalau pengen tahu pentingnya waktu SEJAM, coba kau tanya pada kekasih yang menunggu untuk bertemu!
- Kalau pengen tahu pentingnya waktu SEMENIT, coba kau tanya pada orang yang ketinggalan pesawat terbang!
- Kalau pengen tahu pentingnya waktu SEDETIK, coba kau tanya pada orang yang baru saja terhindar dari kecelakaan!
- Kalau pengen tahu pentingnya waktu SEMILI DETIK, coba kau tanya pada runner up balap motor dunia!
Airmata Kerang Mutiara
“Anakku,” kata sang ibu sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu.”
Si ibu terdiam sejenak, “Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat”, kata ibunya dengan sendu dan lembut.
Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya.
Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.
Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga.
Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.
Si Kaya dan Si Miskin
Suatu hari keluarga yang kaya sedang melintas di depan rumah si orang miskin yang nampak sedang makan dengan lahapnya sampai tiada sebutir nasipun tersisa di atas piring butut yang dipakai untuk makan.
Keluarga kaya heran dan bertanya,"Apa yang membuat kalian makan sangat asyik dan lahap, kalian makan apa? Lauk dan sayurnya apa?"
Keluarga miskin menjawab,"Sebenarnya kami hanya makan tiwul, kadang-kadang nasi doang atau bahkan kami lebih sering makan nasi aking, kuah sayur seadanya dan lauknya sambel terasi murahan."
Keluarga kaya bertanya,"Kok bisa makan enak apa rahasianya?"
Keluarga miskin menjawab,"Rahasianya mudah, yaitu setiap orang sebelah masak kami pun segera menyiapkan makanan dan selagi masakan di tetangga sebelah mengeluarkan bau harum maka kami pun menghirup bau semerbak makanan dari sebelah sambil menelan nasi aking, tiwul atau apapun yang kami makan hari itu. Ini sangat membantu nafsu makan kami."
Keluarga kaya berkata,"Rupanya kamu sekalian telah mencuri bau masakan dari dapur kami, pencurian ini harus mendapat hukuman setimpal dan kami akan menuntut ganti rugi."
Keluarga kaya segera bergegas ke Kantor Polisi dan melaporkan perihal pencurian itu. Perkara pun dengan segera naik ke pengadilan, maklumlah pengaduan dilakukan oleh orang kaya yang berpengaruh.
Hari pengadilan tiba dan keluarga miskin diadili.
Hakim bertanya,"Apakah benar kamu sekeluarga setiap hari menghirup bau makanan dari tetangga sebelah?"
Keluarga miskin menjawab,"Benar, Pak Hakim."
Hakim bertanya lagi,"Apakah benar kamu menghirup bau makanan tanpa ijin dari yang punya makanan?"
Keluarga miskin pun menjawab,"Benar, yang mulia."
Hakim bertanya lagi,"Apakah benar nafsu makan kamu bertambah setiap menghirup bau masakan tetangga kaya?"
Keluarga miskin menjawab,"Benar sekali, Pak Hakim."
Hakim kemudian berkata,"Berarti kamu memang bersalah dan untuk itu kamu si keluarga miskin harus membayar 100 kepeng uang logam."
Si miskin menangis begitu hakim memutuskan bahwa dia harus membayar ganti rugi kepada si kaya.
Kemudian si miskin berkata kepada hakim,"Yang mulia, saya akan berusaha sekuat tenaga untuk membayar denda itu. Tapi mohon saya diberi waktu untuk mencari uang."
Hakim menjawab,"Carilah uang itu dan segera laporkan, uang itu akan dipakai membayar kerugian tetangga kaya."
Masalah ini sampai ke telinga seorang bijak yang sering membantu orang miskin. Dia pun mendatangi keluarga miskin dan mendalami masalah dan musibah yang menimpa tetangga miskin. Si orang bijak bersedia membantu untuk membayar denda 100 kepeng uang logam.
Pada hari yang ditentukan si orang bijak pun mendampingi keluarga miskin untuk menghadap Hakim.
Sidang pengadilan hari itu dihadiri oleh keluarga kaya dan para saksi. Keluarga kaya hari itu sungguh bersuka cita membayangkan 100 uang kepeng yang akan didapat dari tetangga miskin, sebaliknya tetangga miskin sangatlah bersedih dan susah karena tidak tahu apa yang akan diperbuat si orang bijak yang mau membela mereka.
Hakim bertanya,"Keluarga miskin apakah sudah siap dengan 100 uang kepeng logam?"
Si orang bijak menjawab,"Pak Hakim, saya yang akan membayar kerugian tetangga kaya sebesar 100 kepeng uang logam."
Hakim pun menjawab,"Baiklah kalau begitu. Mari kita lihat dan hitung uangnya. Hai tetangga kaya majulah untuk melihat uang kepeng logam itu dan menghitungnya supaya sah.
Si Orang bijak mengeluarkan kantung yang berisi uang dan sebuah wadah dari gelas besar yang tembus pandang. Dia pun mengajak orang untuk menghitung bersama. Karena harga yang dibayar sebesar 100 kepeng dan nilai uang kepeng yang dimiliki adalah 10 berarti akan ada 10 uang kepeng.
Si orang bijak mengeluarkan satu buah uang kepeng dan melemparkan ke dalam wadah hingga terdengar bunyi berdenting dan berteriak satu kepeng, diikuti oleh suara para saksi: satu kepeng, dua kepeng, dan seterusnya.
Setelah genap seratus kepeng, orang bijak bertanya,"Apakah semua sudah melihat uang seratus kepeng tadi?"
Semua menjawab,"Ssssuuuudaaaah!"
"Apakah kalian sudah mendengar bunyi dentingan uang kepeng yang masuk ke dalam wadah gelas tadi?"
Sekali lagi semua menjawab serempak,"Ssssuuuuuddddaaaah!"
Orang bijak kemudian berkata,"Kalau begitu, uangnya saya ambil lagi karena kalian sudah melihat dan mendengar suara dentingan uang kepeng ini. Suara dentingan uang kepeng ini sama dengan bau sedap makanan dari keluarga kaya yang dihirup oleh keluarga miskin. Dengan demikian semua sudah terbayar lunas."
Para saksi tak dapat berkata apa-apa, demikian pula keluarga kaya tak dapat mengucapkan sepatah kata pun.
Hakim kemudian memutuskan,"Karena tidak ada yang keberatan dengan cara pembayaran tadi maka dengan ini perkara dianggap selesai dan sidang pun kami tutup."
Keluarga miskin pun tersenyum lebar dan berterima kasih kepada si orang bijak dan kepada Pak Hakim.
Pengemis vs Manager
Manager : Pak, cape ya abis ngemis? Laper ya pak..?
Pengemis : Biasa aja tuh, hari ini saya udah makan tiga kali koq.
Manager : Loh..? uangnya cuman buat makan bapak doank? Anak dan istri di rumah makan apa?
Pengemis : Kayak orang susah aja..! Tadi pagi saya sekeluarga abis ngerayain ultah anak saya yang kelima di Mc. Donald bareng guru-guru dan teman-teman sekolahnya. Siang ini istri dan anak saya barusan BBM saya, mereka lagi makan di Pizza HUT tau!
Manager sampai kebingungan dan berkata : Emank bapak ngemis satu hari dapet berapa..?
Pengemis : Nih ya.. Saya kasih tau..!!
Saya ngemis dari jam 07.00-17.00.
Lampu merah atau hijau waktunya 60 detik. Setiap 60 detik paling nggak saya bisa dapet 2.000.
1 jam = 60 kali lampu merah/hijau
60 x 2.000 = 120.000 /jam
1 hari saya kerja 10 jam, 1 jam buat istirahat jadi 9 jam.
9 jam x 120.000 = 1.080.000/hari.
1 bulan saya kerja 26 hari.
26 hari x 1.080.000 = 28.080.000/bulan.
Manager sampai kaget dan bengong mendengar cerita pengemis itu..
Pengemis berkata : Emank mas jadi manager, gaji per bulannya berapa..?
Manager : 15.000.000
Pengemis : Ijasah..?
Manager : S-2
Pengemis : Saya jadi prihatin dech lihat penderitaan mas!!! Pasti abis banyak duit ya mas buat kuliah??? blom lagi kerja kena marah ama boss. Kepala mas isinya pasti penuh soal kerjaan mulu. Mending mas ngemis aja. Biar kaya seperti saya. Saya ngemis udah 20 tahun, udah punya 2 mobil BMW buat saya dan istri saya, kartu kredit platinum, Apartemen, rumah di kawasan elite, anak saya belajar di international school dan saya sekeluarga sudah keliling dunia, minimal dua kali dalam setahun.
Manager: …. huaaaaaaaa
Arti Orang Tua
Pada suatu hari ada seorang pemuda yang berniat membuang ibunya ke hutan, karena si Ibu telah lumpuh dan agak pikun. Si pemuda tampak bergegas menyusuri hutan sambil menggendong ibunya. Si Ibu yang kelihatan tak berdaya berusaha menggapai setiap ranting pohon yang bisa diraihnya lalu mematahkannya dan menaburkannya di sepanjang jalan yang mereka lalui.
Sesampai di dalam hutan yang sangat lebat, si anak menurunkan Ibu tersebut dan mengucapkan kata perpisahan sambil berusaha menahan sedih karena ternyata dia tidak menyangka tega melakukan perbuatanini terhadap ibunya.
Justru si Ibu yang tampak tegar, dalam senyumnya dia berkata,"Anakku, Ibu sangat menyayangimu. Sejak kau kecil sampai dewasa Ibu selalu merawatmu dengan segenap cintaku. Bahkan sampai hari ini rasa sayangku tidak berkurang sedikitpun. Tadi Ibu sudah menandai sepanjang jalan yang kita lalui dengan ranting-ranting kayu. Ibu takut kau tersesat, ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai di rumah..."
Setelah mendengar kata-kata tersebut, si anak menangis dengan sangat keras, kemudian langsung memeluk ibunya dan kembali menggendongnya untuk membawa si Ibu pulang ke rumah. Pemuda tersebut akhirnya merawat Ibu yang sangat mengasihinya sampai Ibunya meninggal.
Orang tua bukan barang rongsokan yang bisa dibuang atau diabaikan setelah terlihat tidak berdaya. karena pada saat engkau Sukses atau saat engkau dalam keadaan Susah, hanya orang tua yang mengerti kita dan batinnya akan menderita kalau kita susah.
Orang tua kita tidak pernah meninggalkan kita, bagaimanapun keadaan kita, walaupun kita pernah kurang ajar kepada orang tua... Namun Bapak dan Ibu kita tetap mengasihi kita.
Mulai sekarang mari kita lebih mengasihi orang tua kita selagi mereka masih hidup.