Optimalisasi Otak Kiri Dan Otak Kanan

Seorang guru yang mengajar berhitung untuk kelas 3 SD, masuk kelas dengan malas. “Anak-anak, sekarang kita belajar berhitung,” kata guru. “Jumlahkan bilangan: 1 + 2 +3 +4 + 5 + 6… dan seterusnya sampai terakhir tambah 2000!” perintah guru. Guru tersebut berpikir bahwa anakanak tidak akan mampu menyelesaikan tugas tersebut, yaitu menjumlahkan bilangan dari 1 sampai 2000 dalam waktu 2 jam-bahkan jika pakai kalkulator sekalipun. Sehingga guru tersebut dapat duduk-duduk santai saja.Tetapi tidak. Hanya dalam waktu sekitar 1 menit, seorang murid mengacungkan tangan dan berkata, “Saya, bisa, saya sudah selesai!” Guru tersebut kaget, “Mana mungkin?” pikirnya. Tetapi murid tersebut memang bisa, dan hasil hitungannya benar. Bagaimana caranya? Murid itu mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dan cepat karena menggunakan otak kanan dan otak kiri secara harmonis. Otak kiri berpikir dengan cara urut, bagian per bagian, dan logis. Sementara otak kanan melengkapinya dengan cara berpikir acak, holistik, dan kreatif. Kita perhatikan cara murid itu menggunakan otak kiri dan otak kanannya sebagai berikut. Pertarna, tuliskan kembali soal berhitung di atas sebagai berikut:

1+2+3+4 . … … + 1997 + 1998 + 1999 + 2000 = ?

Pada saat kita mencoba menggunakan otak kiri saja, pasti akan terasa sulit. Tapi coba gunakan otak kanan yang acak, misaInya, jurmlahkan yang pertama dan terakhir. Kita peroleh:

1 + 2000 = 2001



2 + 1999 = 2001



3 + 1998 = 2001



dan seterusnya.



Sehingga kita peroleh jawaban 2.001 x 1.000 = 2.001.000



Dalam proses belajar atau kehidupan sehari-hari, orang sering hanya menggunakan setengah kemampuannya saja yaitu otak kiri. Saat kita belajar di sekolah misalnya, kita biasa dituntut untuk berpikir urut dan logis saja. Tetapi,seperti telah kita lihat dalam contoh anak 3 SD di atas, kita perlu menggunakan setengah kemampuan yang lainnya yaitu otak kanan. Kita memang membutuhkan keberanian untuk mencoba menggunakan otak kanan yang berpikir secara acak, menyeluruh dan kreatif itu. Otak kanan sangat membantu kita dalam proses menghafal cepat, membaca cepat, dan berpikir kreatif. Misalnya bila kita hendak menghafal tahun, nomor telepon, atau nomor rekening, cobalah aktifkan otak kanan. Buatlah cantolan-cantolan dengan cara bebas-acak, menarik, sehingga mudah mengingat kembali. Untuk membaca cepat, berpikirlah holistik. Dapatkan inti atau maksud utama dari kesatuan bacaan itu. Lalu coba pahami, baru gunakan otak kiri secara urut dan teliti. Dengan cara demikian kita akan mampu membaca cepat dan paham. Sedangkan untuk menemukan solusi kreatif, gunakan otak kanan secara acak untuk menemukan kemungkinan solusi-solusi lain yang berbeda. Terapkan juga cara berpikir menyeluruh, holistik. Kemudian tindak lanjuti menggunakan otak kiri yang teliti. Cara lain lagi mengoptimalkan otak kanan adalah dengan menggunakan kartu karakter. Kita buat kartu (seukuran kartu remi) yang masing-masing kartu kita beri tulisan karakter otak kanan berbeda. Misalnya kartu pertama: acak, kedua: holistik, ketiga: kreatif, keempat: pemberani, kelima: fleksibel, dan seterusnya. Setiap pagi kita ambil satu kartu, kita baca lalu renungkan kemudian simpan di saku kita dan bawa ke mana saja kita beraktivitas hari itu. Dan kita berkomitmen untuk menerapkan karakter otak kanan yang ada dalam kartu itu. Malam hari menjelang tidur, kita dapat melakukan evaluasi. Esok harinya kita dapat mengambil kartu karakter yang berikutnya. Dengan demikian kita akan terbiasa menerapkan karakter otak kanan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga sukses.

Sekarang coba bayangkan kita diminta untuk mempelajari suatu buku teori ekonomi milenium. Disediakan suatu ruangan di lantai dua untuk belajar, sementara di lantai satu terdengar hiruk-pikuk orang kebingungan karena terjadi kebakaran di lantai satu yang siap merembet ke lantai atasnya. Bayangkan apa yang kita rasakan, apa yang kita pikirkan? Dalam situasi seperti di atas dapatkah kita belajar teori ekonomi dengan efektif. Tampaknya sangat sulit, penyebabnya adalah sistem pengamanan otak kita. Pada situasi yang berbahaya, otak kita bekerja dengan sangat cepat, jantung berdegup lebih cepat, pernapasan lebih cepat, dan menyiapkan segala perhatian untuk menyelamatkan diri-bukan untuk belajar teori ekonomi.

Sistem pengamanan otak kita, utamanya, dikendalikan oleh sistem otak-reptil kita. Otak-reptil ini terletak di lapisan paling dalam dari otak kita. la bekerja secara instinctive otomatis. Pada situasi aman ia bekerja dengan cara normal, seperti biasanya kita. Sedangkan dalam situasi berbahaya ia bekerja dengan cepat dan mengerahkan seluruh kekuatan untuk melawan bahaya atau melarikan diri menghindari bahaya . Untuk keperluan belajar dan berpikir kreatif, mestinya otak-reptil dikondisikan aman. Dalam kondisi aman, otak reptil mampu bekerja dengan baik dan mendukung bagian otak lain untuk belajar. Bahkan dalam kondisi aman memungkinkan otak untuk lebih berani mengungkapkan ide-ide baru. Ide-ide baru yang mungkin belum pernah ditemukan orang, sehingga berkembanglah pemikiran-pemikiran kreatif. Sementara, dalam situasi terancam, otak reptil akan memberontak. Termasuk hal-hal yang mengancam otak-reptil adalah: takut pada guru, takut tidak lulus atau ketakutan yang lainnya.

Sebelah luar dari lapisan otak-reptil, terdapat lapisan otak-mamalia-lymbic system lapisan tengah. Otak mamalia berfungsi mengendalikan emosi dan perasaan kita. Peran emosi dalam kehidupan dan belajar telah diteliti dengan baik oleh Daniel Goleman, yang dikenal dengan Emotional Intelligence atau EQ. Pada situasi yang membosankan dan jenuh, otak mamalia bekerja secara negatif. Misalkan pada siang yang panas, kita diminta menyelesaikan soal-soal berhitung sebagai berikut:

452 =

952 =

47 x 43 =

84 x 86 =

12345 x 11

Apa yang kira-kira kita rasakan? Mungkin malas, bosan, atau jenuh. Dari hari ke hari kita di hadapkan pada persoalan yang seperti itu, monoton. Sebaliknya, bila otak-mamalia kita dibuat tergugah, termotivasi, terpancing, dan bersemangat, maka kita akan mampu menyelesaikan beragam persoalan dengan lebih baik. Misalkan, untuk contoh soal di atas, kita diberikan alternatif penyelesaian yang lebih menarik, kreatif dan cepat. Maka kita akan lebih bersemangat.

Cobalah cara berikut ini:



252 = 625 diperoleh dari 2 x (2+1) = 6 dan 52 = 25

menjadi 625

452 = 2025 diperoleh dari 4 x (4+1) = 20 dan 52 = 25

menjadi 2025

952 silahkan dicoba.

47 x 43 = 2021 diperoleh dari 4 x (4+ 1) = 20 dan 7 x 3 = 21

menjadi 2021

84 x 86 = silahkan dicoba.



Bagaimana menurut Anda? Jika contoh-contoh perhitungan seperti di atas disajikan dengan cara yang lebih kreatif. Mungkin kita akan lebih berminat dan menyukai berhitung. Bila otak-mamalia sudah mendukung, proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan menggairahkan. Lapisan sebelah luar dari otak-mamalia adalah lapisan otak neo-cortex, lapisan terluar yang hanya dimiliki oleh manusia tidak oleh makhluk lain. Keberadaan otak neo-cortex menjadi keistimewaan manusia. Dengan neo-cortex manusia mampu membaca dan menulis puisi, mampu melakukan perhitungan yang rumit, menyusun rumus-rumus dan sebagainya. Tidak ada satupun binatang yang mampu melakukannya. Otak neo-cortex inilah yang biasanya dikembangkan di berbagai macam sekolah dan pelatihan. Di sekolah, kita belajar bahasa, matematika, geografi dan sebagainya. Di kursus atau pelatihan kita belajar komputer, mengetik dan sebagainya. Satu hal penting yang perlu digaris bawahi adalah otak neocortex dapat bekerja secara optimal jika di dukung oleh dua lapisan otak yang lebih bawah yaitu mamalia dan reptil. Neocortex dapat berpikir secara kreatif jika emosinya senang, bersemangat, termotivasi dan instingnya merasa aman. Sebaliknya, otak neo-cortex tidak dapat bekerja dengan baik jika otak mamalia bosan dan otak reptil terancam.

Jadi, untuk mengoptimalkan lapisan-lapisan otak kita, buatlah suasana sedemikian hingga kita merasa aman. Ciptakan suasana atau cara yang bervariasi dalam menghadapi suatu tantangan, sehingga motivasi kita terpicu, dan kemudian gunakan neo cortex secara kreatif.

source : nicopriansony.wordpress.com

0 comments: