Mendengarkan

Joe, 22 th, seorang montir listrik yang tinggal di New York, beberapa hari sesudah kejadian 11 September 2001, datang ke Manhattan untuk menjadi relawan di sana. Ternyata ketrampilannya tidak diperlukan di sana.

Joe kecewa dan memutuskan pulang dengan naik kereta. Di kereta, Joe duduk berseberangan dengan seorang petugas pemadam kebakaran yang tampak lelah, dengan pakaian dan wajah dipenuhi debu dan kotoran dari lokasi yang diserang ground zero. Di tangannya tampak darah mongering. Joe bisa melihat kerikil kecil dan serbuk semen menempel di rambutnya. Tapi yang paling membuat Joe kaget adalah pandangan mata petugas pemadam kebakaran yang tampak hampa dan sayu.

Pria itu lalu mulai bicara dan Joe mendengarkan. Ia bercerita tentang menarik sepatu dengan potongan kaki di dalamnya. Joe mendengarkan. Ia bercerita tentang membersihkan kotoran dari sebuah wajah yang ternyata tak ada lagi badannya. Joe terus mendengarkan. Hanya dengan mendengarkan saja, tanpa menunjukkan reaksi jijik. Juga tidak menilai atau menghakimi. Tidak interupsi. Hanya mendengarkan saja.

Ia mendengarkan ratapan petugas pemadam kebakaran tentang mayat bergelimangan di mana-mana, tentang sepatu. Ada banyak sekali sepatu. Di mana-mana sepatu.

Joe tetap mendengarkan dengan tenang, menyimak dan memperhatikan semua yang diceritakan petugas pemadam kebakaran tersebut. Karena Joe mendengarkan, pria tersebut terus bicara. Menceritakan kesedihannya sebanyak mungkin. Tanpa disadari, Joe membantu petugas tersebut memikul beban yang beratnya tak tertahankan.

Hari itu, Joe tidak donor darah, juga tidak menggunakan keterampilannya sebagai montir listrik untuk memberikan bantuan. Tapi Joe melakukan pekerjaan terpenting yang bisa dilakukannya untuk membantu orang lain. Joe memberikan seluruh perhatiannya kepada seorang pria yang sangat shock dan kehilangan semangat.

Moral cerita :

  • Di saat putus asa, sedih, kehilangan semangat, atau menghadapi jalan buntu, kadang yang kita perlukan hanya orang yang mau mendengarkan, mendengarkan dengan sepenuh hati, tanpa menilai dan mengadili.
  • Andai mampu, kita bisa membantu orang lain dengan materi berupa uang, barang dan tenaga. Namun ketika kita dalam keterbatasan dan merasa tidak ada yang bisa kita lakukan untuk menolong orang lain yang sedang mengalami masa-masa sulit, sering kali hanya dengan menjadi pendengar yang baik, membuat kita bisa menolong orang lain merasakan kelegaan hati.